Sejarah Blockchain

Rina
5 min readMar 1, 2025

--

Kemajuan teknologi informasi melahirkan kebutuhan untuk menciptakan sistem pencatatan data yang aman, transparan, dan tidak bergantung pada satu entitas pusat. Blockchain hadir sebagai solusi berbagai tantangan tersebut dengan menyediakan struktur data yang tersebar (distributed ledger) dan dilindungi secara kriptografis. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana ide-ide awal terkait pencatatan digital yang aman berevolusi menjadi teknologi blockchain yang kita kenal sekarang.

Awal Mula Konsep Blockchain

Meski istilah “blockchain” baru populer setelah kemunculan Bitcoin, konsep dasar untuk mengamankan data secara digital sudah mulai dieksplorasi sejak beberapa dekade lalu. Perkembangan awal tersebut menanamkan benih-benih inovasi yang saat ini berkembang menjadi teknologi revolusioner dalam mengelola dan melindungi data.

  1. 1970-an — Penciptaan Fungsi Hash Kriptografi

Penemuan fungsi hash kriptografi pada era ini menjadi fondasi penting dalam keamanan digital. Salah satu terobosan penting datang ketika Ralph Merkle mematenkan konsep pohon hash, atau yang saat ini kita kenal sebagai pohon Merkle (Merkle Tree), yaitu struktur ilmu komputer untuk menyimpan data dengan menghubungkan blok menggunakan kriptografi.

Merkle Tree

2. 1983 — Konsep Uang Elektronik Kriptografis oleh David Chaum

Pada era ini, David Chaum memperkenalkan gagasan uang elektronik yang aman melalui metode kriptografi. Konsep ini menjadi cikal bakal terciptanya sistem pembayaran digital yang tidak bergantung pada otoritas terpusat.

3. 1991 — Rantai Blok Pertama oleh Haber dan Stornetta

Ilmuan komputer Stuart Haber dan W. Scott Stornetta memperkenalkan konsep rantai blok yang diamankan secara kriptografis. Tujuannya untuk memastikan setiap dokumen atau transaksi mendapatkan cap waktu digital yang tidak dapat diubah. Sistem ini memungkinkan setiap transaksi atau dokumen dicatat secara berurutan dan tidak dapat dimanipulasi atau terjamin keasliannya.

4. 1992 — Integrasi Merkle Tree untuk Efisiensi

Tidak lama kemudian, Haber dan Stornetta kemudian memasukkan Merkle Tree ke dalam desain sistem pencatatan mereka. Dengan cara ini, beberapa dokumen bisa digabung ke dalam satu blok, sehingga proses verifikasi menjadi lebih efisien tanpa mengorbankan keamanan.

5. 1994 — Gagasan Smart Contract

Nick Szabo merupakan ilmuan komputer yang pertama kali mengusulkan konsep “smart contract” pada tahun 1994, jauh sebelum Bitcoin muncul. Szabo membayangkan kontrak dalam kode yang dapat dipercaya dan dijalankan secara otomatis. Ia mengilustrasikan konsep ini dengan mesin penjual otomatis, yaitu barang akan keluar setelah uang dimasukkan, tanpa memerlukan perantara. Ide ini bertujuan untuk menghilangkan kebutuhan kepercayaan antar pihak dengan meningkatkan keyakinan bahwa kontrak akan dilakukan persis seperti yang dirancang.

6. 1995 — Implementasi DigiCash oleh David Chaum

Pada tahun ini, David Chaum mengimplementasikan sistem DigiCash sebagai bentuk awal pembayaran elektronik yang mengandalkan kriptografi. Inovasi ini merupakan salah satu cikal bakal dari sistem uang digital, yang menekankan privasi dan keamanan transaksi tanpa keterlibatan lembaga keuangan konvensional yang kemudian berkembang dan saat ini kita kenal sebagai criptocurrency.

7. 1998 — Konsep “Bit Gold” oleh Nick Szabo

Nick Szabo mengembangkan konsep “bit gold,” sebuah gagasan tentang mata uang digital terdesentralisasi yang memanfaatkan prinsip-prinsip kriptografi untuk menciptakan sistem pembayaran yang aman dan independen. Ide ini merupakan landasan penting yang menginspirasi perkembangan blockchain dan cryptocurrency di masa depan.

Era Mata Uang Kripto

Titik balik sejarah blockchain terjadi pada tahun 2008 ketika sebuah whitepaper berjudul “Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System” diterbitkan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan nama samaran Satoshi Nakamoto.

  1. 2008 — Lahirnya Konsep Bitcoin

Pada tahun 2008, Satoshi Nakamoto merilis whitepaper yang memaparkan cara kerja Bitcoin. Dalam dokumen tersebut, Nakamoto menjelaskan bagaimana sebuah sistem uang elektronik dapat beroperasi secara peer-to-peer tanpa perlu adanya perantara atau otoritas pusat. Konsep ini mengandalkan teknologi blockchain untuk mencatat setiap transaksi secara transparan dan permanen, sehingga mengatasi masalah seperti “double spending” yang selama ini menjadi kendala utama dalam sistem pembayaran digital.

2. 2009 — Implementasi Blockchain Pertama

Setahun setelah publikasi whitepaper, visi Satoshi Nakamoto mulai terwujud dengan penambangan blok pertama (genesis block) di jaringan blockchain Bitcoin. Peristiwa ini bukan sekedar menandari implementasi nyata pertama dari teknologi blockchain, melainkan juga meresmikan era baru dalam dunia digital. Era ini ditandai dengan desentralisasi, transparansi, dan keamanan yang kini menjadi landasan sistem keuangan modern.

Blockchain di Era Modern

Seiring berjalannya waktu, teknologi blockhain terus berevolusi dan merambah ke berbagai sektor, membuka peluang baru di dunia digital. Dari yang semula hanya di sektor keuangan, kini blockchain telah menemukan peran penting di berbagai bidang seperti logistik dan rantai pasok untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi.

  1. 2013 — Peluncuran Ethereum

Terobosan besar terjadi pada tahun 2013 ketika Vitalik Buterin memperkenalkan Ethereum sebagai platform blockchain. Platform ini tidak hanya mengadopsi blockchain untuk mencatat transaksi, tetapi juga memperkenalkan konsep smart contract, yaitu program komputer yang secara otomatis menjalankan ketentuan perjanjian ketika kondisi yang telah ditentukan terpenuhi.

Bahasa pemrograman Solidity dikembangkan secara khusus untuk Ethereum, memungkinkan developer untuk menulis kontrak yang lebih aman dan fungsional. Tidak seperti Bitcoin, yang terutama berfokus pada transaksi keuangan peer-to-peer, smart contract Ethereum memungkinkan berbagai aplikasi terdesentralisasi (dApps), yang mencakup layanan keuangan, dan sistem verifikasi identitas digital.

2. 2015 — Hyperledger

Proyek Hyperledger diluncurkan oleh Linux Foundation sebagai upaya kolaboratif untuk mengembangkan blockchain untuk bisnis. Hyperledger berbeda dari blockchain publik seperti Bitcoin dan Ethereum karena bersifat permissioned atau pribadi. Artinya, hanya peserta yang diizinkan yang dapat mengakses jaringan.

3. 2017 — Ledakan ICO

Tahun 2017 menjadi puncak fenomena Initial Coin Offering (ICO), yaitu sebuah metode penggalangan dana berbasis teknologi blockchain yang merevolusi cara startup mengumpulkan modal. ICO memungkinkan berbagai proyek baru untuk menjual token digital kepada investor dengan imbalan mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ether.

Sebagai analogi, bayangkan ICO seperti membeli sebidang tanah di dunia virtual, yang masih berupa lahan kosong. Para pengembang proyek (startup) menawarkan “sertifikat kepemilikan” atas tanah tersebut dalam bentuk token. Jika para pengembang berhasil membangun kota yang ramai dan makmur di atas tanah tersebut, nilai sertifikat kepemilikan (token) kita pun ikut meroket.

Namun, jika pengembangnya kabur atau kotanya gagal dibangun, sertifikat kepemilikan kita bisa jadi tidak berharga sama sekali. Itulah mengapa ICO menawarkan potensi keuntungan yang sangat besar, tetapi juga risiko yang sama besarnya.

4. 2020 — Dampak Pandemi COVID-19

Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 membawa tantangan global yang memaksa berbagai sektor untuk beradaptasi dengan transformasi digital secara lebih cepat. Dalam konteks ini, blockchain memainkan peran penting dengan meningkatkan transparansi dan efisiensi dalam berbagai proses, seperti pelacakan rantai pasokan obat dan alat kesehatan, distribusi bantuan sosial, dan pengelolaan data keuangan. Krisis ini mendorong adopsi teknologi digital secara masif, dan blockchain pun semakin relevan sebagai solusi untuk memastikan keandalan dan keamanan data di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian.

Sejarah blockchain terus berlanjut, didorong oleh inovasi dan eksplorasi kasus penggunaan baru. Mulai dari keuangan terdesentralisasi (DeFi) hingga Non-Fungible Tokens (NFT).

--

--

No responses yet